Saeful Hadi

26. Secangkir Kopi di Altar Sawah, Kumpulan Puisi

Cover Buku

Puisi bisa dikatakan sebagai alat penyampai apa pun yang menjadi kegelisahan atau kecamuk pikiran. Apa yang dirasa, dilihat, didengar bisa menjadi pintu masuk untuk menghasilkan puisi. Hal-hal di atas terbaca pada puisi-puisi Saeful Hadi dalam buku Secangkir Kopi di Altar Sawah, ungkapan perasaan penulis ini ditulis dengan sangat apik dengan diksi-diksi sederhana. Saeful Hadi seolah ingin memberikan tanda pada pembaca bahwa di setiap puisi yang ia tulis memiliki keterikatan dengan kehidupannya setiap hari di dunia nyata. Jika kita cermati, ada banyak puisi yang merepresentasikan kegelisahannya membaca lingkungan di sekitar.

Itulah uniknya puisi, ia (puisi) berada pada ruang yang sempit, cukup selembar kertas namun memiliki pemaknaan yang luas. Puisi selalu memberikan ruang tafsir yang berbeda pada pembaca-pembacanya. Dan puisi akan selalu lahir pada jiwa-jiwa yang gelisah. Saeful Hadi, sebagai penyair telah berhasil membawa kegelisahannya pada kata, sehingga terciptalah puisi yang multitafsir, berkarakter; menandakan bahwa ia tidak ingin menyerah pada kerasnya kehidupan. Ya, orang-orang yang berkarya adalah orang-orang yang pantang menyerah.

Nana Sastrawan, Banyumas

Penulis: Saeful Hadi
Tahun Terbit:
Kategori: 7
ISBN: 978-623-337-868-0
Link Penjualan: -

Buku Lainnya

1. Cahaya Cinta Di Rumah Nesi, Sebuah Antologi Cerpen

2. Membumikan Sosiologi, Penerapan Pendidikan Karakter Pada Mapel Sosiologi di SMA/MA

3. Cinta Menyapa Jiwa Dalam Kesunyian, Kumpulan Puisi

4. Membangun Karakter Memperkuat Peradaban (Sketsa Pemikiran Penguatan Pendidikan Karakter)

5. Selaksa Nama, Sebuah Antologi Cerpen

6. Pelangi Memeluk Hujan, Sebuah Antologi Puisi

7. Merdeka Dengan Literasi

8. Derai Air Mata Kacong (Kumpulan Cerpen)

9. Diari Guru Literat, Praktik Literasi Demi Anak Negeri

10. Writing Forever, Menulis dalam Asa yang Tak Bertepi

11. Bunga, Cinta Lelah dan Lukisan Sawah

12. Melukis Akhlak Masa Depan, Kumpulan Pentigraf (Cerpen tiga paragraf)

13. Jika Datang Senja

14. Serpihan Lara

15. Ceceran Pena Melawan Korona (Refleksi Kehidupan saat Realisasi Bekerja di Rumah)

16. Saat Daun Warnanya Memudar, Kumpulan Pentigraf Karakter

17. Geliat Literasi Menangkis Corona (Bunga Rampai Catatan Ringan Literasi)

18. Tetesan Olah Pikir Pendidikan

19. Pena Sosiologi versus Korona

20. Celaka Karena Biasa, Kumpulan Pentigraf Karakter

21. Humanisme Literasi

22. Jejak Daring Lorong Putih Abu-abu, Menyelami Dunia Putih Abu-abu saat Pembelajaran Daring

23. Senja Pulang Untuk Kembali, Selaksa Puisi Akrostik

24. Parodi Pentigraf Minyak Goreng

25. Jejak Cinta yang Berserakan

27. Bersemi dari Pandemi, Sekelumit Refleksi Pembelajaran Daring

28. Bersapa dalam Ketulusan, Sehimpun Puisi

29. Humanisme Sastra, Sisi-sisi Kemanusiaan Dunia Sastra

30. Tugu Perbatasan Desa

31. Lukamu bukan untuk Sempurna, Kumpulan Pentigraf

32. Menyulam Rasa di Pelataran Hening, Kumpulan Puisi

33. Senja di Pelataran Sawah, Sehimpun Puisi

34. Nyanyian Merdeka di Keheningan, Sehimpun Puisi Kemerdekaan

35. Sebenarnya tentang Cinta itu, Sehimpun Puisi Romantis

36. Garuda Muda Hebat! (Refleksi Perjuangan Tim Nasional U-23 Indonesia)

37. Seumpama Rasa Kembali Menyapa, Sehimpun Puisi

38. Rindu yang tak Pernah Sampai, Kumpulan cerpen